Salam
jumpa dan rindu untuk kampung halaman, ranah minangkabau. Alhamdulillah keadaan
kami di rantau aman, terkendali dan baik – baik saja. Tak kurang satu apapun
jua, semoga kampung tetap seperti kampung (ramah, sederhana, akrab dan selalu
menjadi tempat favorit untuk tidur dan bangun) yang selalu setia dan senang
menantikan kepulangan perantaunya. Selang beberapa minggu ke depan, kami akan
pulang untuk sekedar melepas rindu dan taragak
kepada orang tua, kepada guru, kepada kawan dan kepada masyarakat kampung. Namun,
seperti tahun sebelumnya, pulang bukan sekedar pulang, kami pulang ke tanah
halaman dengan semangat untuk memajukan tanah lahir, mengadakan perubahan ke
arah yang lebih baik, sebagai bentuk bakti dan abdi kami untuk tanah lahir kami
sendiri.
“ bajalan babuah batih, malenggang
babuah tangan
Datang tampak muko, pai tampak
pungguang”
Bersandar
pada pepatah ini, kami perantau ilmu Yogyakarta, dari seluruh penjuru ranah
minang, dari darek maupun pasisia. Telah
bermufakat dan sepakat untuk melanjutkan roadshow pendidikan dibawah payung
FORKOMMI UGM (Forum Komunikasi Keluarga Mahasiswa Minang Universitas Gadjah
Mada) disusul dengan GAMA EXPO yang berkomposisi : Seminar, Faculty fair dan
masih banyak kejutan lainnya yang kami persiapkan jauh – jauh hari di tanah
perantauan.
Dari jauh kami memandang tanah lahir!
Kami bangga menjadi salah satu anak
minang, di tanah rantau – orang sekitar sangat menghargai dan salut dengan
perantauan yang kami lakukan. Mereka sangat kagum dengan sikap dan tingkah laku
orang minang yang sopan, penuh penghargaan kepada siapapun, bisa bergaul dengan
semua kalangan, walau telingan mereka kerap geli mendengarkan anak minang dalam
menutur dan mengeluarkan kata – kata. Lantas inilah yang menguatkan kami,
memberikan semangat, spirit yang tak pernah padam untuk membalas kebaikan ranah
minang sendiri.
Sejatinya sebagai mahasiswa, kami
harus berkomentar terhadap apapun yang terjadi di negri ini. Kami dilatih untuk
mengamati, menganalisa, berkesimpulan tentang apa yang melanda negri ini.
Disetiap lini kehidupan mahasiswa ditempatkan sesuai dengan kemampuan dan
spesialisasi mereka. Mahasiswa diharapkan akan memberikan sumbangan positif
terhadap permasalahan ekonomi, sosial, budaya, keamanan, pertahanan, dan
masalah kompleks lainnya yang saling terhubung.
Namun
untuk apa kami berdiri tegak dijalur ini, kalau ternyata kampung yang
membesarkan kami lebih membutuhkan tenaga dan pikiran kami, kampung tempat kami
bersenda gurau sedang sekarat dengan masalah – masalahnya sendiri. *Tanpa
mengabaikan rasa nasionalisme dan kebangsaan, sejatinya memang cara ini yang
terbaik dan efektif dalam pandangan kami. Setiap mahasiswa harus kembali
beraksi di ranah kelahiran mereka, karena merekalah yang diduga kuat mengerti
tentang seluk – beluk, alur – alir tanah lahir mereka. Secara tertulis kami mengajak semua mahasiswa untuk berdiri sejajar
dengan kami di haluan pola pikir seperti yang telah kami jelaskan. “Think Globally, Act Locally”
Nafas pendidikan ranah minang saat
ini!
Pendidikan menjadi salah satu hal
fokus bagi kami saat pulang nanti, pendidikan begitu penting dan vital karena
inilah jalur yang akan mencerdaskan generasi mendatang. Namun, sekali lagi kami
harus menyampaikan ini sebagai refleksi pandangan kami terhadap pendidikan di
ranah minang. Jauh di masa lalu, ranah minang terkenal dengan lumbung orang –
orang cerdas dan bijak, sekelas Buya Hamka, Moh.Hatta, H.Agus Salim, M. Yamin
dan masih banyak lagi, harapan kami tradisi lumbuang
cadiak pandai negara akan tetap terjaga dan selalu lestarii dan awet sampai
akhir zaman.
Dalam pandangan kami, pendidikan
ranah minang berangkat dari budaya minang itu sendiri, kita tidak akan mengkaji
dan mempersoalkan masalah data kuantitas penyebaran sekolah, grafik prestasi
sekolah ataupun hal lainnya. Kami mempersoalkan kultur sekolah, kebiasaan
sekolah, trend yang terjadi di setiap sekolah di ranah minang, belakangan ini. Tak
banyak lagi yang santun dan hormat kepada guru, bahkan hanya untuk sekedar
mengucap salam dan mencium tangan yang akan mencerdaskan mereka. Hanya
segelintir murid yang paham bagaimana cara bicara, cara bersikap, dan
menghargai kawan sepermainan. Gejala ini jelas akan melahirkan kemunduran di
bidang pendidikan ranah minang, ketika murid tak lagi memuliakan guru,
bagaimana ilmu akan deras mengalir kedalam batin mereka, dengan cara apa ilmu
akan melekat dan mengisi rongga dada mereka. Jika gejala ini terus berlanjut,
maka karam sudah generasi mendatang ranah minang. Sekolah yang sejatinya
merupakan tempat menimba ilmu, berubah fungsi dan peran manjadi tampek manggadang-an badan jo maabiah-an pitih urang gaek.
Murid
harus diingatkan kembali, siapa mereka sebenarnya dan untuk apa mereka hadir di
sekolah. Guru adalah nafas pendidikan bagi murid, guru yang akan menjelaskan
dan member pemahaman akan hal krusial seperti yang kami jelaskan. Bagaimana
kemudian guru memberi contoh tentang kultur sekolah, kultur minang yang
melingkupi kurenah – basitinah. Bagaimana
tata berbicara, duduk, bergaul dan bersosialisasi dengan masyarakat. --- tak
ada niat untuk menyalahkan siapa dalam pandangan ini, kami hanya bertugas dan
berhak untuk mengingatkan kembali, maingek-an
nan lupo, mamiliah nan taserak, dari fenomena yang tertayang jelas
dihadapan kita semua.
Untuak
apo pulang kampuang ?
Untuk kepentingan inilah kami pulang sabanta, bersilaturahmi dengan
guru, bersilaturahmi dengan kawan – kawan pelajar, bersilaturahmi dengan
pemerintah daerah terkait, bersilaturahmi dengan sesama mahasiswa. Dalam rangka
saling mengingatkan, saling melengkapi dan saling belajar membangun karakter, membangun
kehidupan (pendidikan) yang lebih baik di ranah minang.
Perantau ilmu Yogyakarta akan
bergerak di kota dan kabupaten Sumatera Barat, meliputi: Padang, Bukittinggi,
Payakumbuh, Solok, Padang Panjang, Batusangkar, Agam, Padang Pariaman. Inilah
bentuk usaha yang bisa kami lakukan untuk mendukung keberlansungan pendidikan
di tanah lahir. Semoga semua pihak memberikan restu dan izin kepada kami,
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang bernaung dibawah FORKOMMI UGM (Forum
Komunikasi Mahasiswa Minang Universitas Gadjah Mada) untuk berbakti dan
memberikan apa yang kami punyai untuk ranah minangkabau. Selanjutnya kami
berharap pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas
Pendidikan Kabupaten memberikan izin legal untuk mendukung kegiatan ini, dan
sekaligus mengawasi setiap proses yang ada sebagai bentuk pengawasan terhadap
perkembangan di setiap daerah. Semoga apa yang kami niatkan dan kami persiapkan
ini diridhoi oleh Allah s.w.t dan menjadi berkah bagi kita semua. Amin!!