Selasa, 10 Desember 2013

Maksimal untuak Kampuang Halaman
Unknown 17.56 0 komentar



Salam jumpa dan rindu untuk kampung halaman, ranah minangkabau. Alhamdulillah keadaan kami di rantau aman, terkendali dan baik – baik saja. Tak kurang satu apapun jua, semoga kampung tetap seperti kampung (ramah, sederhana, akrab dan selalu menjadi tempat favorit untuk tidur dan bangun) yang selalu setia dan senang menantikan kepulangan perantaunya. Selang beberapa minggu ke depan, kami akan pulang untuk sekedar melepas rindu dan taragak kepada orang tua, kepada guru, kepada kawan dan kepada masyarakat kampung. Namun, seperti tahun sebelumnya, pulang bukan sekedar pulang, kami pulang ke tanah halaman dengan semangat untuk memajukan tanah lahir, mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik, sebagai bentuk bakti dan abdi kami untuk tanah lahir kami sendiri.
“ bajalan babuah batih, malenggang babuah tangan
Datang tampak muko, pai tampak pungguang”

Bersandar pada pepatah ini, kami perantau ilmu Yogyakarta, dari seluruh penjuru ranah minang, dari darek maupun pasisia. Telah bermufakat dan sepakat untuk melanjutkan roadshow pendidikan dibawah payung FORKOMMI UGM (Forum Komunikasi Keluarga Mahasiswa Minang Universitas Gadjah Mada) disusul dengan GAMA EXPO yang berkomposisi : Seminar, Faculty fair dan masih banyak kejutan lainnya yang kami persiapkan jauh – jauh hari di tanah perantauan.
Dari jauh kami memandang  tanah lahir!
            Kami bangga menjadi salah satu anak minang, di tanah rantau – orang sekitar sangat menghargai dan salut dengan perantauan yang kami lakukan. Mereka sangat kagum dengan sikap dan tingkah laku orang minang yang sopan, penuh penghargaan kepada siapapun, bisa bergaul dengan semua kalangan, walau telingan mereka kerap geli mendengarkan anak minang dalam menutur dan mengeluarkan kata – kata. Lantas inilah yang menguatkan kami, memberikan semangat, spirit yang tak pernah padam untuk membalas kebaikan ranah minang sendiri.
            Sejatinya sebagai mahasiswa, kami harus berkomentar terhadap apapun yang terjadi di negri ini. Kami dilatih untuk mengamati, menganalisa, berkesimpulan tentang apa yang melanda negri ini. Disetiap lini kehidupan mahasiswa ditempatkan sesuai dengan kemampuan dan spesialisasi mereka. Mahasiswa diharapkan akan memberikan sumbangan positif terhadap permasalahan ekonomi, sosial, budaya, keamanan, pertahanan, dan masalah kompleks lainnya yang saling terhubung.
Namun untuk apa kami berdiri tegak dijalur ini, kalau ternyata kampung yang membesarkan kami lebih membutuhkan tenaga dan pikiran kami, kampung tempat kami bersenda gurau sedang sekarat dengan masalah – masalahnya sendiri. *Tanpa mengabaikan rasa nasionalisme dan kebangsaan, sejatinya memang cara ini yang terbaik dan efektif dalam pandangan kami. Setiap mahasiswa harus kembali beraksi di ranah kelahiran mereka, karena merekalah yang diduga kuat mengerti tentang seluk – beluk, alur – alir tanah lahir mereka. Secara tertulis kami mengajak semua mahasiswa untuk berdiri sejajar dengan kami di haluan pola pikir seperti yang telah kami jelaskan. “Think Globally, Act Locally”
Nafas pendidikan ranah minang saat ini!
            Pendidikan menjadi salah satu hal fokus bagi kami saat pulang nanti, pendidikan begitu penting dan vital karena inilah jalur yang akan mencerdaskan generasi mendatang. Namun, sekali lagi kami harus menyampaikan ini sebagai refleksi pandangan kami terhadap pendidikan di ranah minang. Jauh di masa lalu, ranah minang terkenal dengan lumbung orang – orang cerdas dan bijak, sekelas Buya Hamka, Moh.Hatta, H.Agus Salim, M. Yamin dan masih banyak lagi, harapan kami tradisi lumbuang cadiak pandai negara akan tetap terjaga dan selalu lestarii dan awet sampai akhir zaman.
            Dalam pandangan kami, pendidikan ranah minang berangkat dari budaya minang itu sendiri, kita tidak akan mengkaji dan mempersoalkan masalah data kuantitas penyebaran sekolah, grafik prestasi sekolah ataupun hal lainnya. Kami mempersoalkan kultur sekolah, kebiasaan sekolah, trend yang terjadi di setiap sekolah di ranah minang, belakangan ini. Tak banyak lagi yang santun dan hormat kepada guru, bahkan hanya untuk sekedar mengucap salam dan mencium tangan yang akan mencerdaskan mereka. Hanya segelintir murid yang paham bagaimana cara bicara, cara bersikap, dan menghargai kawan sepermainan. Gejala ini jelas akan melahirkan kemunduran di bidang pendidikan ranah minang, ketika murid tak lagi memuliakan guru, bagaimana ilmu akan deras mengalir kedalam batin mereka, dengan cara apa ilmu akan melekat dan mengisi rongga dada mereka. Jika gejala ini terus berlanjut, maka karam sudah generasi mendatang ranah minang. Sekolah yang sejatinya merupakan tempat menimba ilmu, berubah fungsi dan peran manjadi tampek manggadang-an badan jo maabiah-an pitih urang gaek.
            Murid harus diingatkan kembali, siapa mereka sebenarnya dan untuk apa mereka hadir di sekolah. Guru adalah nafas pendidikan bagi murid, guru yang akan menjelaskan dan member pemahaman akan hal krusial seperti yang kami jelaskan. Bagaimana kemudian guru memberi contoh tentang kultur sekolah, kultur minang yang melingkupi kurenah – basitinah. Bagaimana tata berbicara, duduk, bergaul dan bersosialisasi dengan masyarakat. --- tak ada niat untuk menyalahkan siapa dalam pandangan ini, kami hanya bertugas dan berhak untuk mengingatkan kembali, maingek-an nan lupo, mamiliah nan taserak, dari fenomena yang tertayang jelas dihadapan kita semua.
Untuak apo pulang kampuang ?
            Untuk kepentingan inilah kami pulang sabanta, bersilaturahmi dengan guru, bersilaturahmi dengan kawan – kawan pelajar, bersilaturahmi dengan pemerintah daerah terkait, bersilaturahmi dengan sesama mahasiswa. Dalam rangka saling mengingatkan, saling melengkapi dan saling belajar membangun karakter, membangun kehidupan (pendidikan) yang lebih baik di ranah minang.
            Perantau ilmu Yogyakarta akan bergerak di kota dan kabupaten Sumatera Barat, meliputi: Padang, Bukittinggi, Payakumbuh, Solok, Padang Panjang, Batusangkar, Agam, Padang Pariaman. Inilah bentuk usaha yang bisa kami lakukan untuk mendukung keberlansungan pendidikan di tanah lahir. Semoga semua pihak memberikan restu dan izin kepada kami, Mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang bernaung dibawah FORKOMMI UGM (Forum Komunikasi Mahasiswa Minang Universitas Gadjah Mada) untuk berbakti dan memberikan apa yang kami punyai untuk ranah minangkabau. Selanjutnya kami berharap pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten memberikan izin legal untuk mendukung kegiatan ini, dan sekaligus mengawasi setiap proses yang ada sebagai bentuk pengawasan terhadap perkembangan di setiap daerah. Semoga apa yang kami niatkan dan kami persiapkan ini diridhoi oleh Allah s.w.t dan menjadi berkah bagi kita semua. Amin!!

In Category :
About The Author Gmers Webmaster Di publikasikan oleh TIM Divisi PDD GMERS 2014 Facebook and Twitter

0 komentar

Posting Komentar